Jakarta - Untuk mendongkrak kinerja ekspor yang melempem belakangan ini, Kementerian Perdagangan terus menggenjot pasar non-tradisional, salah satunya ke Brasil. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi akan memimpin misi dagang ke Brasil dan Peru pada 11 dan 13 September 2013 mendatang.
"Ini untuk memperluas akses pasar di negara non-tradisional dan meningkatkan hubungan dagang dengan kedua negara," ujarnya melalui siaran pers, Jumat, 6 September 2013.
Sementara masih terjadi stagnasi dan melambatnya pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Kuba, dan Jepang, Indonesia kini memang gencar berpromosi ke pasar-pasar non-tradisional, termasuk di kawasan Amerika Latin. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan yang hingga Juli lalu tercatat US$ 5,65 miliar.
Tahun ini, ekonomi negara-negara Amerika Latin dan Karibia diproyeksikan tumbuh sebesar 3 persen. Sementara ekonomi Brasil sendiri diproyeksikan tumbuh 2,5 persen, atau meningkat pesat dibanding pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang hanya 0,9 persen.
Rangkaian misi dagang di Brasil dan Peru ini terdiri dari kegiatan forum bisnis serta pertemuan one-on-one meeting dan pertemuan business to business. Forum bisnis akan melibatkan pejabat pemerintah dan para pengusaha setempat. Sedangkan one-on-one meeting mempertemukan para peserta misi dagang dengan calon pembeli potensial Brasil dan Peru. "Kami juga akan memanfaatkan momentun penyelenggaraan Piala Dunia di Brasil tahun depan untuk menjual produk-produk perlengkapan olahraga," ujar Bayu.
Indonesia mengikutsertakan lima perusahaan, yaitu PT Aneka Coffee Industri (produk kopi), PT Wahana Pronatural (kopi dan makanan olahan), PT Fajarindo Group (garmen dan aksesori), PT Laksamana Mulia Sentosa (pupuk organik), dan PT Dirgantara Indonesia (pesawat terbang) yang akan berpartisipasi pada Forum Bisnis di Sao Paolo, Brasil, pada 11 September 2013, dan di Lima, Peru, pada 13 September 2013.
Selanjutnya, pada penyelenggaraan one-on-one meeting, Bayu dijadwalkan akan melaksanakan pertemuan dengan Chamber of Commerce and Industry serta beberapa asosiasi di kedua negara tersebut guna memperoleh langkah-langkah strategis dalam peningkatan peluang hubungan dagang dengan setiap negara.
Total nilai perdagangan Indonesia dengan Brasil pada 2012 sebesar US$ 3,4 miliar. Nilai ekspor Indonesia ke Brasil sendiri mencapai US$ 1,48 miliar, dengan komposisi ekspor produk nonmigas mencapai 99,98 persen. Impor Indonesia sebesar US$ 1,97 miliar, dan hampir seluruhnya (99,99 persen) merupakan produk nonmigas.
Brasil merupakan negara tujuan ekspor produk nonmigas Indonesia ke-22 dengan pangsa ekspor sebesar 0,97 persen dari seluruh ekspor produk nonmigas Indonesia. Produk ekspor utama ke Brasil adalah karet alam, benang sintetis, kendaraan bermotor dan komponennya, benang tiruan, dan minyak sawit.
Sementara itu, total perdagangan Indonesia dengan Peru pada 2012 mencapai US$ 232,5 juta, dengan pertumbuhan 33,36 persen per tahun. Pangsa ekspor Indonesia ke Peru masih sangat rendah, hanya sebesar 0,1 persen dari seluruh ekspor nonmigas Indonesia. Nilai ekspor Indonesia ke Peru sebesar US$ 159,8 juta, dengan komoditas utama di antaranya kendaraan bermotor, lemari pendingin, perekam video, kertas, dan sepatu.
"Ini untuk memperluas akses pasar di negara non-tradisional dan meningkatkan hubungan dagang dengan kedua negara," ujarnya melalui siaran pers, Jumat, 6 September 2013.
Sementara masih terjadi stagnasi dan melambatnya pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Kuba, dan Jepang, Indonesia kini memang gencar berpromosi ke pasar-pasar non-tradisional, termasuk di kawasan Amerika Latin. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan yang hingga Juli lalu tercatat US$ 5,65 miliar.
Tahun ini, ekonomi negara-negara Amerika Latin dan Karibia diproyeksikan tumbuh sebesar 3 persen. Sementara ekonomi Brasil sendiri diproyeksikan tumbuh 2,5 persen, atau meningkat pesat dibanding pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang hanya 0,9 persen.
Rangkaian misi dagang di Brasil dan Peru ini terdiri dari kegiatan forum bisnis serta pertemuan one-on-one meeting dan pertemuan business to business. Forum bisnis akan melibatkan pejabat pemerintah dan para pengusaha setempat. Sedangkan one-on-one meeting mempertemukan para peserta misi dagang dengan calon pembeli potensial Brasil dan Peru. "Kami juga akan memanfaatkan momentun penyelenggaraan Piala Dunia di Brasil tahun depan untuk menjual produk-produk perlengkapan olahraga," ujar Bayu.
Indonesia mengikutsertakan lima perusahaan, yaitu PT Aneka Coffee Industri (produk kopi), PT Wahana Pronatural (kopi dan makanan olahan), PT Fajarindo Group (garmen dan aksesori), PT Laksamana Mulia Sentosa (pupuk organik), dan PT Dirgantara Indonesia (pesawat terbang) yang akan berpartisipasi pada Forum Bisnis di Sao Paolo, Brasil, pada 11 September 2013, dan di Lima, Peru, pada 13 September 2013.
Selanjutnya, pada penyelenggaraan one-on-one meeting, Bayu dijadwalkan akan melaksanakan pertemuan dengan Chamber of Commerce and Industry serta beberapa asosiasi di kedua negara tersebut guna memperoleh langkah-langkah strategis dalam peningkatan peluang hubungan dagang dengan setiap negara.
Total nilai perdagangan Indonesia dengan Brasil pada 2012 sebesar US$ 3,4 miliar. Nilai ekspor Indonesia ke Brasil sendiri mencapai US$ 1,48 miliar, dengan komposisi ekspor produk nonmigas mencapai 99,98 persen. Impor Indonesia sebesar US$ 1,97 miliar, dan hampir seluruhnya (99,99 persen) merupakan produk nonmigas.
Brasil merupakan negara tujuan ekspor produk nonmigas Indonesia ke-22 dengan pangsa ekspor sebesar 0,97 persen dari seluruh ekspor produk nonmigas Indonesia. Produk ekspor utama ke Brasil adalah karet alam, benang sintetis, kendaraan bermotor dan komponennya, benang tiruan, dan minyak sawit.
Sementara itu, total perdagangan Indonesia dengan Peru pada 2012 mencapai US$ 232,5 juta, dengan pertumbuhan 33,36 persen per tahun. Pangsa ekspor Indonesia ke Peru masih sangat rendah, hanya sebesar 0,1 persen dari seluruh ekspor nonmigas Indonesia. Nilai ekspor Indonesia ke Peru sebesar US$ 159,8 juta, dengan komoditas utama di antaranya kendaraan bermotor, lemari pendingin, perekam video, kertas, dan sepatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar